Jumat, 28 Agustus 2009

diatas travel padang-bukittinggi

Saudara-saudara, sudah seminggu ini saya melaju kerja padang-bukittinggi. Bukan karena apa-apa, hanya karena ingin menikmati sahur dan berbuka ramadhan tahun ini bersama keluarga yang tinggal di bukittinggi.

Soal biaya memang sedikit ada pembengkakan karena biaya transport yang selama ini relatif kecil jadi bertambah.
Sengaja saya tidak menyetir sendiri karena takut kelelahan atau mengantuk. Menggunakan travel ternyata cukup bisa diandalkan, karena rata-rata sebelum pukul 07.00 WIB saya sudah sampai di kantor. Resikonya cuma mandi pagi-pagi sekali di bukittinggi serasa mandi dengan air es, apalagi bulan Juli dan Agustus adalah "musim dingin" di kota wisata ini.

Selama 2 jam dalam perjalanan berangkat dan 2 jam perjalanan pulang, saya bisa merenung tentang pekerjaan yang sedang saya lakoni saat ini.
Rasa-rasanya bekerja sudah jadi "beban" yang menggayuti pundak saya.
Saya sudah bekerja hampir 20 tahun diperusahaan ini, tapi kenyataan yang saya dapatkan jauh dari harapan.

Bayangkan 20 tahun umur sudah saya habiskan di perusahaan ini dengan harapan untuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Saya kadang-kadang jadi bertanya-tanya akan rencana Tuhan terhadap saya. Walau saya selalu berpegangan pada keyakinan bahwa apa-apa yang sudah saya raih merupakan "yang terbaik" menurut Tuhan untuk saya.

Tapi kadang hati saya juga tergelitik untuk bertanya " Bukankan kita harus berusaha agar bisa merubah nasib, karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau mereka sendiri tidak berusaha merubahnya ?" Selama perjalanan saya renungkan apa sebenarnya yang belum saya miliki ? Ternyata jawabnya sampai sekarang yang saya temukan adalah "keberanian" untuk meninggalkan kemapanan saat ini.

Sampai tadi pagi muncul sebersit kekuatan dihati saya untuk merintis jalan keluar dari kemapanan yang menyengsarakan ini.

Ya Allah , berkatilah usaha hamba untuk menemukan jalan-Mu yang selama ini diliputi halimun, sehingga mata hati hamba tidak melihatnya........

Kamis, 23 Juli 2009

Tips agar karir anda cemerlang

Al Malik (The Absolute Ruler)

Assalamualaikum WWB
Saudaraku pembaca yang budiman.
Saya punya cerita tentang seorang teman yang bekerja pada sebuah perusahaan besar. Teman ini cukup cemerlang karirnya. Bayangkan pada umur 30 tahun ia sudah menjadi Kepala Cabang di daerah yang cukup mempunyai gengsi. Biasanya yang menjadi Kepala Cabang di daerah tersebut jarang yang berumur kurang dari 40 tahun.Sungguh suatu anugrah yang sangat besar bisa dapat jabatan tersebut.

Suatu hari ia dipindahkan ke kota yang lebih besar lagi, namun karena levelnya belum cukup memenuhi syarat sebagai Kepala Cabang, maka ia hanya ditempatkan sebagai Manager. Disini prestasinya masih cukup bertahan, hasil kerjanya selalu memuaskan atasan. Itu terjadi di tahun pertama ia bertugas di kota besar tersebut. Namanya kantor besar pasti banyak sekali karyawannya dan tentunya dengan berbagai karakter. Ada tukang kritik, ada tukang gosip,pokonya macam-macam tingkah laku orang ada disana.Namun sebagai karyawan yang baik ia tidak mau bergabung dengan mereka. Kalau karyawan lain makan siang ramai-ramai di kantin, maka ia memilih makan siang diruangannya dengan bekal yang dibawa dari rumah.

Setelah setahun berlalu mulailah ia bertanya tentang promosinya yang tidak kunjung datang. Makin hari makin pertanyaan itu mai menggelegar di benaknya. Karena yang diharapkan tidak kunjung datang mulailah ia merasa malas, dan yang lebih buruk lagi ia mulai bergaul dengan tukang-tukang gosip dan tukang-tukang kritik di tempat ia bekerja.
Kalau ditahun pertama ia selalu makan siang sendirian, maka sekarang mulailah ia bergabung dengan mereka. Awal-awalnya ia hanya sebatas pendengar setia, tapi semakin hari semakin banyak "informasi" yang ia dapat tentang atasan mereka. Berikutnya ia mulai jadi pembicara. Tahun demi tahun berlalu dan ia makin terpuruk, terakhir ia di demosi menjadi asistan manager karena hasil kerjanya yang semakin buruk.
Suatu hari salah seorang direktur dari perusahaan tersebut datang ke Kantor Cabang tersebut, pada saat ramah tamah dengan karyawan , sang direktur terkejut karena melihat ia duduk di jajaran asisten manajer, padahal sepengetahuan direktur tersebut taman tadi pernah jadi Kepala Cabang yang sangat berprestasi dan cukup dikenal di Kantor Pusat.
Sang direktur bertanya kepada Kepala Cabang, kenapa ia dijadikan asisten manajer. Dan dijawab oleh Kepala Cabang bahwa teman tadi sudah jadi " tukang kritik dan tukang gosip ".

Jadi ternyata sederhana jika anda seorang karyawan dan ingin mendapat promosi dalam karir anda. Cukup dua resep ampuh :
1. Jadilah karyawan produktif
2. Jadilah karyawan yang menyenangkan

Jika anda ingin promosi pastikan hati anda yang murni bersih dari kritik dan gosip. Hati yang bersih akan dengan mudah menerima karunia dari Yang Maha Kuasa, dan anda akan semakin diangkat dan diangkat oleh-Nya.

Amanah

Saudaraku sekalian.
Pernahkah anda merasa sebagai karyawan yang seakan akan tersingkir dari percaturan karir ?
Pernahkah anda merasa seakan hari-hari anda penuh dengan kesulitan ?
Pernahkah anda merasa seolah semua orang disekeliling anda memandang anda tidak sebagaimana menurut anda mereka seharusnya memandang anda ?
Pernahkah anda merasa seolah atasan selalu menyalahkan anda ?
Pernahkan anda merasa seolah bawahan selalu menyerang anda ?
Jika jawabannya "Ya", ada baiknya anda melakukan flashback terhadap jalan yang sudah anda tempuh untuk menduduki posisi anda saat ini.
Dan jawablah pertanyaan terakhir ini ," Apakah anda "meminta" amanah atau anda "diberi" amanah?".
Disitulah jawaban yang sebenarnya akan anda temui.........

Selasa, 30 Juni 2009

Blogger Competition

ntar ya kalau bahannya sudah komplit :)

Kamis, 18 Juni 2009

Membuka Hati untuk Menjadi Pribadi yang Santun



Saudara-saudara Sekalian.
Dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita dihadapkan kepada situasi yang kurang menyenangkan. Situasi ini bisa datang dari mana saja di lingkungan kita.Dari dalam keluarga bisa saja datang dari istri, anak, orang tua, saudara dan lain-lain, sementara itu dari luar keluarga situasi ini bisa saja berasal dari lingkungan tempat kerja seperti dari bawahan , teman sejawat , atasan, pelanggan, dan lain sebagainya. Bermacam ragam peristiwa tidak menyenangkan hati ini bisa kita terima.

Seperti halnya siapapun juga, maka saya juga pernah mengalami hal serupa. Betapa sebuah perbuatan kecil dapat berakibat besar kalau situasinya tidak tepat. Mungkin saya tidak akan menceritakan secara detail tentang peristiwa apa, namun ada beberapa hal yang seakan menjadi pencerahan bagi pribadi saya.

Siapapun juga tidak ingin mencari masalah dengan orang-orang sekelilingnya. Apakah itu berasal dari ucapan ,perbuatan ,tulisan atau hal lainnya. Saya tergerak dengan penyampaian pimpinan saya dalam sebuah acara pembinaan rohani. Bahwa dalam situasi yang bernuansa keagamaan mengapa kita semua bisa menjadi sebuah pribadi yang santun serta menyenangkan. Menyampaikan sesuatu dengan cara yang bijaksana, sehingga yang dimaksud bisa kesampaian tanpa menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.

Saya bertanya-tanya kenapa kita sulit untuk menjadi pribadi mulia, padahal kita sudah berusaha. Apakah yang kurang pada diri kita sehingga ada orang yang "marah" kepada kita atau perbuatan kita. Padahal dulu kita adalah orang-orang yang santun dan terbuka.

Seringkali saya termenung mengapa saya harus memendam sebuah kebencian dihati saya. Mengapa kita tidak membuka hati untuk menerima saudara-saudara kita apa adanya. Memang sering saya memendam pertanyaan dalam hati apakah memang sulit untuk menjadi orang yang "dapat diterima" apakah memang susah menjadi orang yang "disukai", apakah begitu sukar menjadi orang "berharga".

Hati manusia begitu luasnya sehingga sanggup menerima besarnya kekuasaan Allah melalui ciptaan-Nya. Lalu mengapa disaat-saat tertentu hati itu menjadi begitu kecil sehingga tidak bisa menampung sedikit realita ?Mengapa kita merasa begitu tersiksa hanya karena orang lain tidak merasakan apa yang kita rasa.

Saudara-saudara, lima bulan lamanya saya merenung untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiriran saya, dan ternyata jawabannya hanya sederhana yaitu "BUKALAH HATI UNTUK MENJADI PRIBADI YANG SANTUN" dan cara yang paling sederhana mulai saat ini adalah "kurangi bicara" atau bicaralah yang baik-baik saja kalau memang harus bicara.

DD

Rabu, 17 Juni 2009

Rabu, 10 Juni 2009

Life is a choice.

Salam super semuanya !!
Saudara-saudara terkadang kita sulit menerima kenyataan. Adalah suatu dilema yang berat untuk dihadapi antara pilihan-pilihan. Dipersimpangan jalan seperti sekarang ibarat buah simalakama. Disatu sisi harus tetap bertahan dengan keadaan saat ini sementara disisi yang lain tuntutan masa depan menganjurkan untuk mengambil jalan yang cukup beresiko.

Saya yakin seyakin-yakinnya salah satu cara untuk memperbaiki masa depan adalah dengan merubah masa sekarang. Namun disisi lain kenyamanan dan kemapanan saat ini akan terganggu keseimbangannya. Ibarat kata pepatah bermain api terbakar, bermain air basah. Bagaimana kita harus memiliki ketetapan hati untuk merubah hidup untuk sebuah kesuksesan di masa yang akan datang ?

Seringkali saya mendengar dan meresapi untaian kata-kata motivasi dari pakar-pakar yang mungkin telah melewati masa sulitnya. Berada di titik nadier seperti sekarang sungguh suatu ujian yang cukup memberikan pencerahan tentang makna mengikuti kata hati.

Sementara itu perubahan yang diharapkan semakin hari bukannya semakin mendekat tapi malah semakin jauh. Mungkin ungkapan seperti ini bagi orang awam tidak lebih dari untaian kata yang mewakili suatu kekecewaan, namun menurut saya ini adalah bentuk perjuangan melawan hati.

Jika mendengar kata-kata Bpk. Mario Teguh agar kita berdamai dengan diri sendiri terlihat suatu yang mudah, tapi pada kenyataannya berdamai dengan keadaanlah yang cukup sulit. Kita selalu meyakini bahwa "there is always the green behind the sandtrap", sebagai seorang the winner saya telah memegangnya selama 17 tahun ini. Lalu suatu hari saya tersadar akankah saya perlu mengunggu 17 tahun episode usia berikutnya hanya dengan menunggu. Sebagai penguasa "nasib" saya sudah menguasai kemudi hidup sebagai konsekuensi sebuah pilihan.

Sawang sinawang dalam kehidupan ini memang selalu akan hadir menyertai perjalanan kita. Tapi untuk suatu perubahan kita harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bahkan seharunya kitalah perubahan itu !

Hidup Itu Pilihan

Salam Super. Saudara-saudara tercinta.

Dalam hidup ini ternyata yang kita hadapi hanyalah pilihan-pilihan. Oleh karena itu apapun keadaan kita saat ini merupakan koksekuensi pilihan kita dimasa yang lalu.
Dalam menentukan pilihan memang kadang-kadang kita bisa berdaulat penuh untuk menentukan, namun tidak jarang tentunya kita harus memilih "satu diantara satu" alias tidak ada pilihan lain.
Lalu muncul pertanyaan di benak kita, "apakah hal demikian juga memilih namanya "?Menurut saya jawabannya adalah "iya" karena saat itupun merupakan konsekuensi atas pilihan yang kita lakukan sebelumnya.

Seringkali kita harus melakukan justifikasi atau pembenaran atas apa yang kita sudah pilih. Padahal apaun yang anda pilih pada suatu masa, maka itu adalah pilihan yang terbaik saat itu. Hanya saja apakah kita cukup berani menanggung resiko atas pilihan tersebut.
Seorang pengecut tentu akan berdalih dengan kata "terpaksa". Seorang berani akan berkata itu adalah pilihan saya. Banyak orang menyerah dengan nasib tapi tidak sedikit yang berjibaku untuk hidup. Dan ternyata itupun sebuah pilihan.

Analog dengan keadaan saya. Tamat SMA saya dihadapkan pada pilihan-pilihan untuk jadi apa selanjutnya. Saat itu saya pilih jadi tentara.
Tapi saya juga cukup heran kenapa tiba-tiba muncul di Pos dan Giro (tempo doeloe).
Lalu saya coba-coba melakukan "flashback journey" ke titik dimana saya harus memilih waktu itu.
Sampailah saya ke sebuah moment dimana saya harus memilih antara cita-cita dan orang tua.Sebagai seorang anak prajurit menurut saya adalah mulia meneruskan cita-cita orang tua. Kalau Bapak saya hanya seorang Kopral Satu Polisi Militer ( Kalau dulu namanya PT/POMAD alias Polisi Tentara datau Polisi Militer Angkatan Darat-mhn koreksi kalau saya keliru) rasanya suatu kemajuan besar kalau saya bercita-cita jadi Jendral.

Lalu banyak teman saya bertanya, "Kenapa tidak jadi"? Sebagai sebuah pilihan tentunya saya akan berjalan kejalan yang menuju pilihan tersebut. Dalam hal ini tentunya masuk Akademi Militer. Jadilah saya pendaftar nomor 1 di KODIM 0304/ Agam. Enam bulan lamanya saya menempa fisik mempersiapkan diri untuk ikut seleksi. Sebagai seorang yang aktif menggeluti olah raga Karate dan Binaraga tentunya dari segi fisik saya harus meyakinkan diri tidak akan kalah dengan peminat lainnya.Anda tentunya akan bertanya lagi "kenapa tidak jadi juga"?
Inilah masalahnya. Wanita yang telah melahirkan saya tidak menyetujuinya. Apapun alasannya saya tidak perlu mengetahuinya karena menurut saya hati seorang ibu tidak akan pernah berdusta.

Selanjutnya tentulah saya harus berhadapan dengan pilihan lainnya. Pilihan saya waktu itu adalah jalani hidup apa adanya. Sekedar diketahui saat kelas 3 SMA (Jurusan Fisika/SMAN 1 Bukittinggi)saya juga mendapat pilihan untuk kuliah di UI melalui jalur PMDK, pilihan saya waktu itu adalah menolaknya karena jelas-jelas kuliah butuh biaya cukup besar yang nampaknya tidak mungkin akan dipenuhi oleh orang tua.Namun saya pilih itu bukan karena putrus asa.

Kerja di bengkel las (kebetulan yang punya orang tua sahabat saya).Gaji Rp 5.000 sehari ternyata telah menghadapkan saya ke pilihan berikutnya yaitu untuk berhenti setelah 6 bulan. Muncullah soulmate saya yang bernama Ferri Mursalhadi yang mengajak kuliah di Politeknik Universitas Andalas Padang. Akhirnya saya kuliah juga dengan membawa cita-cita yang dulu yaitu jadi tentara.

Saudara-saudara, ternyata rela ibu itu suatu yang luar biasa. Karena dari awal saya tidak direstui jadi tentara akhirnya api kuliah itupun padam di semester 3. Ditengah-tengah perkuliahan itulah muncul kesempatan untuk sekolah gratis di Akademi Pos Bandung. Apalagi dengan jaminan akan langsung bekerja. Inilah pilihan saya.Setelah satu setengah tahun mengikuti pendidikan (tepatnya pelatihan) saya ditempatkan kembali ke Kota Padang (yang sebenarnya ingin saya lupakan dengan segala tragedi cinta saya :)...

(bersambung)

Selasa, 17 Februari 2009

JALAN RAYA TABING- KHATIB SULAIMAN

Setiap hari saya berangkat kerja jam 06.15 dari rumah tumpangan di seputaran sebuah pabrik roti di dekat Stasiun Tabing. Kenapa saya tuliskan tepatnya jam 06.15 itu? Terus terang jam segitu sudah merupakan hasil survey saya selama kurang lebih satu bulan sejak saya pindah tugas dari Rengat ke Padang ini. Maklumlah jarak antara rumah (atau lebih tepatnya kos-kosan di rumah famili)dengan kantor saya di jalan Khatib Sulaiman menurut hitungan pada speedometer wonder 87 saya sekitar 10 km. Tidak jauh untuk ukuran naik kendaraan tapi jangan salah jarak segitu juga tidak dekat untuk ukuran jalan kaki.

Hari pertama kerja tepatnya 05 Januari 2009 saya berangkat dari rumah pukul 07.30 tepat. Sebagai hari pertama masuk kerja saya tentunya yakin manajer saya akan pahamlah kalau saya masih baru dan belum paham lalu lintas di kota Padang.

Ternyata pengalaman yang didapat di hari pertama itu cukup menarik yaitu ketika begitu sulitnya untuk berbelok membalik arah di depan pabrik roti itu. Semua kendaraan dari arah tabing melaju dengan kencangnya bak residivis diuber polisi. Saya pikir alangkah sibuknya ternyata orang padang ini.Tapi selintas saya berpikir bukankah mereka pengendara itu orang yang punya dedikasi tinggi semua, karena hampir semuanya menggas kendaraannya agar cepat sampai dan tidak terlambat. Kalau yang pelajar tentu takut terlambat karena akan kehilangan pelajarannya. Kalau pegawai seperti saya tentu karena takut akan dimarahi atasannya, apalagi kalau tentara atau polisi kan kalau terlambat bisa-bisa disuruh berdiri hormat ke tiang bendera seharian seperti pemandangan yang sering saya saksikan saat lewat di depan Kodim Indragiri Hulu atau Polres Inhu saat masih bertugas di Rengat.

Hari kedua saya coba berangkat dari rumah pukul 07.15 jelas hasilnya tidak jauh beda dengan yang pukul 07.30 tadi.

Hari ketiga saya coba berangkat pukul 07.00, hasilnya cukup lumayanlah. Walaupun belum seramai diatas lalu lintasnya tapi cukup membuat saya keder juga. Alasannya memang kendaraan jarang-jarang, tapi larinya itu! Kalau saya perkirakan berdasarkan pengalaman saya menyetir mobil 20 tahun ya kira-kira kecepatan 70 km/jam. Alhasil berbelok di depan pabrik roti itu ternyata masih menyisakan ketakutan juga.

Hari-hari berikutnya saya coba majukan lagi jam berangkat dari rumah menjadi pukul 06.45, hasilnya cukup baik karena disamping cuaca masih cukup dingin, udara masih bersih, lalu lintas belum begitu ramai apalagi yang ngebut juga belum banyak. Apakah masalah selesai ? Eh ternyata tidak. Muncul masalah baru karena pada jam yang sama orang-orang yang menumpang ojek dari arah belakang pabrik juga mencapai puncaknya. Dan ini jelas problem baru karena ojek yang banyak itu pada membalik arah kembali, mencari penumpang baru tentunya. Nah cara berputar membalik arah inilah kuncinya . Banyak mereka yang membalik arah tanpa menoleh kebelakang sehingga beberapa kali saya terkaget karena tiba-tiba ada ojek memutar di depan saya. Untungya rem wonder saya masih berfungsi layaknya alat menghentikan atau memperlambat laju kendaraan.

Anda tentu pasti paham apa langkah selanjutnya yang saya lakukan. Memajukan lagi jam keberangkatan saya ?.Tepat sekali. Dan tidak tanggung-tanggung lagi saya langsung majukan menjadi pukul 06.15.Alhamdulillah semua persoalan seperti yang saya alami sebelumnya tidak ditemui lagi. Hanya sedikit problem yaitu kakak tempat saya menumpang harus bangun lebih pagi hanya karena harus menyiapkan sekedar sarapan buat saya. Dan satu lagi kalau tidak mau dikatakan problem adalah ketika sampai di kantor saya yang selalu ke kantin pagi-pagi sebelum bekerja terpaksa menunggu sampai bakwan dan pisang goreng selesai dimasak. Tapi tidak apa-apalah kan ada sisi positifnya juga yaitu saya selalu dapat bakwan dan pisang goreng yang segar alias “fresh from the oven”

Kalau begini sudah dilakoni tiap hari tentu anda semua tahu hasilnya. Saya selalu mengisi daftar hadir paling duluan. Kalau tidak nomor satu, ya nomor dua lah setelah sopir yang memang harus datang cepat karena harus menjemput para manajer. Karena di instansi saya baru level sampai manajer yang dapat fasilitas antar jemput itu. Kalau saya yang masih sebatas asisten manajer ini cukuplah berangkat dan pulang sendiri, apalagi untungnya sudah punya kendaraan sendiri.

Jadi apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan ? Ah bingung juga saya.
Apa ya ? ….

Nah sekarang ingat, yang ingin saya sampaikan adalah alangkah sulitnya di jaman sekarang untuk sekedar minta jalan kepada sesama pemakai jalan untuk diberi kesempatan dengan sukarela berbelok membalik arah tanpa rasa was-was akan ditabrak pengendara lain.
Bayangkan badan mobil yang sudah nongol separo lebih saja saat memotong pulau jalan itupun masih sempat-sempatnya di salip kendaraan lain, apakah itu sepeda motor ataupun mobil. Jadi begitu terburu-burukah orang-orang sekarang ini sehingga harus melupakan keramahannya kepada sesama pengendara. Tidak ada yang mau mengalah. Banyak yang berlaku seolah seperti raja jalanan. Atau memang sekarang ini jamannya sudah begitu ?
Pernah saya lihat suatu kali orang yang senasib dengan saya yang mau berbelok membalik arah di depan UNP, sudah men-dim dengan lampu jauh beberapa kalipun harus terpaksa kaget karena tiba-tiba lewat sepeda motor laksana Valentino Rossi melaju memotongnya sebelum sempurna membalik arah. Dan seingat saya pengendara motor tadi memakai seragam abu-abu putih yang artinya kan ia anak sekolahan menengah tingkat atas yang sebentar lagi tamat akan jadi mahasiswa.

Masalahnya apa iya di sekolah sekarang tidak diajarkan lagi tata krama berlalu lintas seperti yang pernah saya terima sewaktu sekolah di SD Inpres dulu?
Yang jelas soal pengendara sepeda motor tadi jelas-jelas orang tuanya hanya sanggup membelikan anaknya sepeda motor tapi tidak sanggup mendidik anaknya bagaimana memelihara nyawa saat diatas sepeda motor tadi.Dan sudah berapa nyawa yang hilang sia-sia di jalan.
Padang oh Padang .

(Lawaysra @170209)